Mengenal Cengkeh
Cengkih
Cengkih |
|
|
|
Kerajaan: |
|
Divisi: |
|
(tanpa takson): |
|
(tanpa takson): |
|
Ordo: |
|
Famili: |
|
Genus: |
|
Spesies: |
S. aromaticum |
Syzygium aromaticum (L.) Merrill & Perry |
Cengkih
Cengkih[1] atau cengkeh[2] (Syzygium
aromaticum) adalah kuncup bunga kering beraroma
dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkih
adalah tanaman asli Indonesia, banyak
digunakan sebagai bumbu
masakan pedas di negara-negara Eropa,[3] dan
sebagai bahan utama rokok kretek khas
Indonesia. Cengkih ditanam terutama di Indonesia dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan
di Zanzibar, India,
dan Sri Lanka. Cengkih umumnya memiliki musim
panen yang bervariasi di negara-negara penghasilnya.[4] Tumbuhan
ini adalah flora
identitas Provinsi Maluku Utara.
Ciri botanis
Pohon cengkeh
adalah tumbuhan hijau abadi yang
tumbuh rata-rata setinggi 8–12 meter (26–39 ft), dengan daun besar dan
bunga berwarna merah yang tumbuh dalam kelompok
terminal. Kuncup bunga awalnya memiliki rona pucat, secara bertahap berubah
menjadi hijau, kemudian beralih ke merah cerah saat siap dipanen. Kuncup bunga
cengkih biasanya dipanen dengan panjang 1,5–2 sentimeter (0,59–0,79 in), dan
terdiri dari kelopak bunga panjang
yang memiliki empat sepal yang menyebar,
dan empat kelopak yang belum dibuka yang membentuk bola tengah kecil.
Penggunaan
Cengkihdigunakan sebagai bumbu dalam hidangan Asia, Afrika, Mediterania, serta negara-negara Timur Dekat
dan Timur Tengah, untuk memberikan rasa pada daging, kari, dan bumbu-bumbu,
serta buah-buahan (seperti apel, pir, dan rhubarb). Cengkih dapat digunakan
untuk memberikan kualitas aromatik dan rasa pada minuman panas, sering
dikombinasikan dengan bahan lain seperti lemon dan gula. Cengkih juga biasanya
digunakan dalam campuran rempah-rempah dan bumbu, seperti bumbu pai labu dan
roti rempah speculaas.
Cengkih dapat
digunakan sebagai bumbu baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk.
Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia.
Di Indonesia, cengkih terutama digunakan sebagai
bahan rokok kretek. Cengkih juga digunakan sebagai
bahan dupa di Republik Rakyat
Tiongkok dan Jepang. Minyak cengkih digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati
sakit gigi. Daun cengkih kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai
pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50-100 gram
daun cengkih kering per tanaman.[5]
Sejarah cengkih
Awalnya, cengkih
hanya tumbuh di 5 pulau kecil di Kepulauan Maluku, yaitu Bacan, Makian, Moti, Ternate dan Tidore. Kemudian, tanaman ini menyebar ke
wilayah lainnya di Indonesia.[6] Pohon
cengkih yang dianggap tertua yang masih hidup terdapat di Kelurahan Tongole,
Kecamatan Ternate Tengah, sekitar 6 km dari pusat kota Ternate. Pohon yang disebut sebagai Cengkih
Afo ini berumur 416 tahun, tinggi 36,60 m, berdiameter 198 m, dan keliling
batang 4,26 m. Setiap tahunnya ia mampu menghasilkan sekitar 400 kg bunga
cengkih.[7]
Cengkih mulai
diperdagangkan ke Tiongkok dari sekitar
tahun 500 SM dan ke India dari sekitar
tahun 200 SM.[8] Pada
abad yang keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan
setiap orang yang mendekatinya untuk sebelumnya menguyah cengkih, agar harumlah
napasnya. Cengkih, pala dan merica sangatlah mahal pada zaman Romawi. Cengkih menjadi bahan tukar menukar
oleh bangsa Arab pada abad pertengahan. Pada akhir abad ke-15,
orang Portugis mengambil alih jalan tukar
menukar di Samudra Hindia.
Bersama itu diambil alih juga perdagangan cengkih dengan Perjanjian
Tordesillas dengan Spanyol, selain itu juga dengan perjanjian
dengan Kesultanan Ternate.
Orang Portugis membawa banyak cengkih yang
mereka peroleh dari Kepulauan Maluku ke Eropa.
Pada saat itu harga 1 kg cengkih sama dengan harga 7 gram emas.
Perdagangan
cengkih akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke-17. Belanda membabat
pohon-pohon cengkih untuk membatasi produksi cengkih di luar Ambon melalui pelayaran hongi.[8] Akan
tetapi, akhirnya Prancis berhasil menyelundupkan cengkih ke Mauritius dan
akhirnya tersebar pula ke Penang dan Zanzibar.[8] Hal
itu menghancurkan monopoli cengkih oleh Belanda.
Bisnis
cengkih di Indonesia
Indonesia
mengimpor cengkih dari Zanzibar sampai dengan tahun 1987 untuk digunakan
sebagai bumbu pembuatan rokok kretek.[8] Pada
tahun 1968, impor cengkeh diberikan kepada PT Mercu Buana (milik Probosutejo, adik Presiden Soeharto) dan PT
Mega (milik Liem Sioe Liong).[8] Kedua
perusahaan itu memiliki hubungan yang erat dengan Keluarga
Cendana.[9]
Pada tahun 1991,
pemerintah mendirikan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) dengan Tommy Soeharto sebagai ketuanya.
Pendirian BPPC ini disebabkan Presiden Soeharto menganggap cengkih sebagai
komoditas penting dan butuh diregulasi oleh negara.[8] Kebijakan
BPPC membuat banyak petani cengkih dan produsen rokok kretek marah karena BPPC
sebagai satu-satunya pihak yang dapat membeli cengkih dari petani dengan harga
semurah-murahnya, lalu menjualnya ke pabrik rokok semahal-mahalnya.[9] Akhirnya
banyak petani yang menebang atau membakar pohon cengkih mereka. Pada tahun Mei
1998 sebagai bagian reformasi yang dimandatkan oleh IMF untuk
mengakhiri monopoli, Presiden Soeharto setuju membubarkan BPPC.[8]
Taksonomi
Berdasarkan
klasifikasi saintifik, cengkih termasuk ke dalam domain Eukarya, kingdom Plantae, subkingdom Viridiplantae, infrakingdom Streptophyta, superdivisi Embryopyhyta, divisi Tracheophyta,
subdivisi Spermatophyta,
kelas Magnoliopsida,
superordo Rosanae, ordo Myrtales, family Myrtaceae, genus Syzygium, spesies Syzygium aromaticum. Istilah
“cariophylata” berasal dari Bahasa Yunani dan nama tersebut muncul karena
adanya kesamaan bentuk daun dari pohon cengkih dengan pohon walnut.
Istilah “clove” merupakan serapan dari Bahasa Latin berupa ”clavus” yang
berarti kuku karena morfologi cengkih menyerupai kuku.[10]
Varietas
Secara
geografis, cengkih memiliki sejumlah varietas, misalnya variaetas Afo,
Posi-posi, Siputih, Zanzibar, & Sikotok terdapat di Indonesia. Cengkih
varietas Afo, Posi-posi, dan Zanzibar banyak dijumpai di Pulau Maluku, sedangan
cengkih varietas Sikotok dan Siputih banyak dijumpai di Sumatera Barat. Cengkih
Zanzibar memiliki cabang-cabang rendah di batangnya, daunnya rimbun &
berwarna hijau gelap, dan menghasilkan tunas bunga hijau muda. Cabang cengkih
Siputih lebih jauh ke atas batang, daunnya tidak rimbun, dan melihat kuncup
bunga kuning-hijau.
Berdasarkan
morfologinya, cengkih dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis : cengkih
asli maluku (seperti AFO, Tibobo, Tauro, Sibela, Indari, Air Mata, Dokiri, Daun
Buntal) , cengkih liar (seperti Raja, Amahusu, Haria Gunung, Cengkih Hutan
Bogor), dan cengkih budi daya (seperti Zanzibar, Siputih, Sikotok, Ambon).[6]
Bagian yang
memiliki nilai jual tinggi dari pohon cengkih, yakni kuncup bunga cengkih yang
berukuran 2 cm dan akan terbentuk setelah 4-6 tahun masa budidaya.
Kuncup bunga cengkih dipanen saat maturasi sebelum berbunga. Kemudian kuncup
cengkih dijemur di bawah sinar matahari hingga berwarna cokelat gelap. Selain
kuncup bunga, bagian pohon cengkih yang memiliki nilai jual tinggi adalah
minyak batang cengkih, minyak daun cengkih & buah cengkih.[11] Sekarang,
negara produsen cengkih terbesar adalah Indonesia diikuti India, Malaysia, Sri
Langka, Madagascar, dan Tanzania. Cengkih merupakan salah satu rempah-rempahan
yang sering digunakan sebagai agen preservative makanan dan tanaman obat karena
cengkih memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba. Cengkih sering
digunakan sebagai antiseptik dan antifermentasi. Cengkih juga dapat digunakan
sebagai desinfektan, analgesik, dan anestetik pada gigi berlubang. Selain itu,
cengkih dapat mengobati gangguan pencernaan seperti diare, sakit perut yang
berasal dari kembung dan dispepsia. Karena bersifat antiseptik juga,
cengkih dapat mengobati sakit tenggorokan.[12]
Budidaya[sunting | sunting sumber]
Pertumbuhan
pohon cengkih membutuhkan iklim tropis lembap atau subtropis dengan curah hujan
sebesar 2.332 mm/tahun. Pohon cengkih dapat ditanam pada daerah yang jauh
dari laut dan memiliki ketinggian 0–1500 m di atas permukaan laut. Pohon
cengkih dapat tumbuh optimum pada suhu di sekitar 20-30 derajat
Celcius. Pohon cengkih ditumbuhkan baik secara vegetatif lewat stem batang
maupun generatif lewat biji. Kultivasi cengkih tidak disarankan dilakukan pada
tanah berpasir. Biji cengkih ditaruh di atas permukaan tanah dan dijaga
kelembapannya. Cengkih harus ditanam pada tanah yang memiliki pH 4,5-6,
drainase yang baik, dan tinggi kandungan senyawa organiknya. Cengkih
dipropagasi dari biji cengkih yang berasal dari buah cengkih. Buah cengkih
biasanya tersedia di sekitar bulan Juni sampai Oktober. Ketika matang, buah
cengkih jatuh ke tanah secara alamiah. Setelah dikumpulkan, buah direndam dalam
air semalam untuk mempermudah germinasi. Media untuk germinasi biji berupa
lapisan tanah setinggi 20 cm, lebar 1 meter, dan panjang yang
sesuai. Media perkecambahan diisi dengan lapisan tanah setebal 8 cm.
Kemudian biji ditanam sedalam 2 cm dengan jarak antar biji sekitar
3 cm. Media perkecambahan harus dilindungi dari sinar matahari
langsung. Germinasi biji terjadi setelah 15-60 hari inkubasi. Biji yang telah
berkecambah kemudian dipindahkan ke media yang berisi tanah, pasir, dan kompos
dengan rasio 3:3:1. Kecambah cengkih dapat dipindahkan ke lahan sesungguhnya
setelah berusia 24 bulan.[13]
Lahan yang
sesuai untuk perkebunan cengkih berupa lereng perbukitan, lembah dengan
drainase baik dan tepian sungai. Area lahan perkebunan cengkih terlebih dahulu
dibersihkan dari semak dan rerumputan dan dibuat lubang berukuran 60
hingga 75 cm dengan jarak 6-7 meter antarlubang sebelum musim hujan.
Lubang-lubang sebagian diisi dengan tanah lapisan atas. Bibit
ditransplantasikan ke lubang selama awal musim panas sekitar Juni—Juli, dan
untuk daerah dataran rendah, menjelang akhir musim panas pada bulan September—Oktober.
Saat umur 3-— tahun, pohon cengkih perlu disiram secara teratur dan
penyiramannya tidak boleh berlebihan. Pemupukan pohon cengkih dapat dilakukan
dengan 50 kg kompos dan 4 kg fish meal per tahun. Saat pohon
cengkih baru akan tumbuh, pupuk yang digunakan dapat berupa 40 g urea, 110 g
superfosfast, & 80 g MOP/potassium sulfat. Setelah berumur 15 tahun, pohon
cengkih dapat diberi pupuk berupa 600 g urea, 1560 g superfosfat, & 1250 g
MOP. Penyakit yang sering menyerang pohon cengkih adalah layu bibit,
busuk daun, dan bercak daun, sedangkan hama yang sering menyerang pohon cengkih
adalah kutu putih.[13]
Cengkih baru
dapat berproduksi pada umur 7 tahun. Setelah itu, produktivitasnya akan tinggi
sejak berumur 10 tahun dan terus meningkat hingga berumur 30 tahun. Setelah
berumur 30 tahun ke atas, cengkih akan mengalami penurunan produktivitas.
Tingginya produksi pada tahun tertentu biasanya diikuti oleh penurunan produksi
pada 1—2 tahun berikutnya, akibat pola panen besar yang diikuti dua panen
kecil.[6]
Kandungan senyawa pada cengkih[sunting | sunting
sumber]
Struktur
Kimia Eugenol
Pada cengkih,
kandungan senyawa yang terdapat berupa minyak atsiri (eugenol, caryophyllene,
furfural, vanillin, methyl salicylate, pyrocatechol, methyl ketone, & valeric
aldehydes, eugenin, isoeugenitol, isoeugenitin, eugenitin, tannin, mucilage,
sitosterol, estigmaterol, resins, cellulose, pinene, oleanolic acid, &
fixed oil. Eugenol adalah senyawa bioaktif utama dari
cengkih. Eugenol terdapat sebanyak 9381–14650 mg/100 g cengkih.[14]
Selain eugenol, pada
cengkih terdapat pula isoeugenol. Isoeugenol adalah cairan minyak berwarna
kuning pucat yang diekstraksi dari minyak cengkih dan kayu manis. Isoeugenol
bersifat hidrofobik dan larut dalam pelarut organik. Isoeugenol emiliki aroma
pedas dan rasa cengkih. Isoeugenol dibuat dari eugenol lewat proses pemanasan.
Eugenol digunakan dalam parfum, penyedap, minyak esensial dan dalam pengobatan
(antiseptik dan analgesik lokal), sedangkan produksi isoeugenol dapat digunakan
untuk pembuatan vanilin. Turunan Eugenol atau turunan metoksifenol dalam
klasifikasi yang lebih luas digunakan dalam wewangian dan penyedap. Senyawa
derivatif eugenol digunakan dalam pembuatan produk penarik serangga dan peredam
UV, analgesik, biocides dan antiseptik. Isoeugenol juga digunakan dalam
pembuatan stabilisator dan antioksidan untuk plastik dan karet. Isoeugenol
digunakan dalam pembuatan parfum, perasa, minyak atsiri (deskripsi bau:
Cengkih, pedas, manis, berkayu) dan dalam pengobatan (antiseptik dan analgesik
lokal) serta vanilin.[15]
Kandungan
bahan aktif dalam bunga dan buah cengkih
Minyak esensial dari cengkih mempunyai
fungsi anestetik dan antimikrobial.
Minyak cengkih sering digunakan untuk menghilangkan bau napas dan untuk
menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung
dalam cengkih yang bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi.
Minyak cengkih juga digunakan dalam campuran tradisional chōjiyu (1%
minyak cengkih dalam minyak mineral; "chōji" berarti cengkih;
"yu" berarti minyak) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan pedang
mereka.
Pengujian
kualitas minyak cengkeh
Berdasarkan WHO,
kualitas dari produk minyak cengkih biasanya ditentukan dengan parameter berupa
kandungan eugenol serta nilai benda asing dan abu. Batas monograf nilai benda
asing dan abu dari minyak cengkih adalah 3%, sedangkan batas monograf
kandungan eugenol dari minyak cengkih adalah 85-95%. Misalnya, minyak cengkih
merek-A dan merek-B masing-masing adalah 1,49%, 5,8% dan 3,79%, 6%, dan merek-B
tidak sesuai dengan batas monograf yang ditentukan (NMT 3%) untuk benda asing.
Kandungan Eugenol dalam minyak atsiri dikuantisasi dengan metode RP-HPLC dan
ditemukan masing-masing 93,3,1% dan 74,6% untuk merek-A dan merek-B. Dengan
demikian, merek-A memiliki kualitas unggul dan sementara merek-B
didiskualifikas berdasarkan parameter standardisasi nilai materi asing/
abu dan kandungan eugenol.Informasi dasar terkait tanaman.[16] Salah
satu dokumen untuk menentukan kualitas minyak cengkih secara internasional
adalah ISO 3142:1997.[17]
Kajian
metabolomik
Minyak cengkih
tersusun dari eugenol yang ada dalam jumlah hingga 85%. Minyak cengkih
berfungsi sebagai antimikroba untuk Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa. Minyak cengkih dianggap menghambat sintesis
prostaglandin, sehingga mengurangi rasa sakit. Eugenol, unsur utama minyak
cengkih memiliki aktivitas antikanker. Dalam satu penelitian, sel HL-60
didedahkan dengan eugenol menunjukkan fenomena apoptosis termasuk fragmentasi
DNA dan pembentukan tangga DNA dalam elektroforesis gel agarosa. Diamati bahwa
eugenol mentransduksi sinyal apoptosis melalui generasi spesies oksigen reaktif
(ROS), menginduksi transisi permeabilitas mitokondria (MPT), mengurangi protein
anti-apoptosis tingkat bcl-2, menginduksi pelepasan sitokrom c ke sitosol, dan
kematian sel apoptosis berikutnya. Ketika diambil bersama-sama, penelitian
menunjukkan bahwa ROS memainkan peran penting dalam apoptosis yang diinduksi
eugenol pada HL-60, dan ini adalah laporan pertama tentang mekanisme efek
antikanker eugenol.[18]
Berdasarkan
penelitian oleh Rodríguez dkk, metode spektroskopi ATR-FTIR dapat
digunakan untuk mengkuantifikasi secara cepat konsentrasi minyak esensial
cengkih (Syzygium aromaticum) dan spearmint (Mentha spicata) yang dienkapsulasi
dalam matriks organik kompleks. Selain dapat menghemat waktu, metode ATR-FTIR
juga mampu memonitor profil jenis minyak esensial. Metode ini dapat dengan
mudah diadaptasi sebagai analisis rutin dalam industri minyak esensial sebagai
alat standardisasi kualitas minyak esensial.[12] Selain
studi profiling mengenai senyawa-senyawa yang terdapat dalam
cengkih pendekatan metabolomik dapat digunakan untuk menentukan efek
antibiotic dari senyawa-senyawa dalam cengkih secara akurat, dan komprehensif.
Berdasarkan hasil penelitian Mousavi dkk, lewat proses metabolic
profiling, sebanyak 500 metabolit teridentifikasi dengan LC-MS dan 789 komponen
terdeteksi oleh GCxGC-ToF/MS, sebanyak 125 senyawa teridentifikasi sebagai
metabolit terdisregulasi menunjukan perubahan metabolome E. coli BL21
yang disebabkan oleh aktivitas antibakteri dari minyak cengkih. Nilai MIC
minyak cengkih adalah 10 mikroliter untuk 107CFU/ml
kultur E. coli BL21. Lewat uji aktivitas antibacterial,
komponen minyak cengkih yang bersifat antibakteri adalah hanya eugenol ketika
dibandingkan dengan eugenyl acetate & beta-caryophyllene. Berdasarkan
hasil pengukuran SPME-LC-MS dan GC-IT/MS, menunjukan bahwa eugenol merupakan
senyawa pada minyak cengkih yang memiliki aktivitas antibakteri paling dominan
dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.[19]
Produksi cengkih
Berikut ini
merupakan 9 negara produsen utama cengkih di dunia:[20]
Jumlah Produksi
Cengkih Tahun 2019 sembunyi |
|
Negara |
Produksi (Ton) |
Indonesia |
134.790 |
Madagaskar |
23.120 |
Tanzania |
8.970 |
Komoro |
6.470 |
Sri Lanka |
4.380 |
Kenya |
2.390 |
Tiongkok |
1.400 |
Malaysia |
228 |
Grenada |
40 |
Produksi
cengkih di Indonesia
Pada tahun
2019, Direktorat
Jenderal Perkebunan, Kementerian
Pertanian memperkirakan Indonesia memproduksi sekitar 134.792
ton cengkih. Selain itu, diperkirakan terdapat 1.002.774 petani cengkih di
seluruh Indonesia dengan rata-rata produktivitas sebesar 410 kilogram per
hektar.[21]
Estimasi jumlah
poduksi, produktivitas, dan jumlah petani cengkih menurut 10 besar provinsi
penghasil utama tahun 2020[21] sembunyi |
|||
Provinsi |
Produksi (Ton) |
Produktivitas
(Kg/Ha) |
Jumlah Petani
(KK) |
Sulawesi Selatan |
20.363 |
568 |
72.272 |
Maluku |
20.006 |
619 |
72.785 |
Sulawesi Tengah |
17.994 |
372 |
63.894 |
Sulawesi Tenggara |
14.700 |
687 |
25.120 |
Jawa Timur |
11.461 |
434 |
177.598 |
Jawa Barat |
8.472 |
436 |
130.761 |
Jawa Tengah |
6.607 |
290 |
201.984 |
Sulawesi Utara |
5.554 |
128 |
73.302 |
Aceh |
5.404 |
588 |
24.124 |
Maluku Utara |
4.225 |
370 |
19.484 |
Catatan:
Jumlah produksi
termasuk perkebunan rakyat, negara, dan besar swasta
Tulisan diatas berasal dari Wikipedia.
Komentar
Posting Komentar